Menghabiskan minggu pagi di rumah dengan menonton dan mengemil (nyampah abis yaaa :p). Lagi ingin melakukan “temporary holiday” alias bersih-bersih kamar :D.
Dalam sehari ini sebelum brangkat les, gw udah ngabisin beberapa episode dari “Glee”, serial drama-komedi dari Amerika yang telah banyak mendapat berbagai nominasi dan penghargaan, salah satunya Golden Globe Award for Best Television Series-Musical or Comedy. Pertama kali mendengar ceritanya dari teman gw pas kelas 10 kemarin, sama sekali tidak tertarik, soalnya gw ngga terlalu suka serial drama percintaan seperti Gossip Girls, The Hills atau 90210.
Menurut gw, acara-acara ini selalu menunjukkan cantik/ganteng itu berarti tinggi, langsing/kekar, kaya, fashionable, bla…bla…bla..(bukan berarti gw ngiri tanda tak mampu..hahaha). Terlebih lagi jadi banyak remaja-remaja yang kemakan tampilan para aktor dan artis, jadi pada ikutan tambah sulam badan (emang mobil bisa gonta-ganti onderdil).
Anywayyy, setelah Glee memenangkan berbagai macam penghargaan, gw jadi penasaran ingin menonton. Kisahnya tentang kehidupan anak-anak SMA yang bergabung dengan grup paduan suara yang disebut “Glee Club”, dimana seantero sekolah menganggap bahwa anggota-anggota Glee Club ini adalah “A BIG LOSER”. Sekelompok minoritas ini berjuang untung membuktikan bahwa “being different is being special”. Untuk kisah lengkapnya, harap para pembaca menonton sendiri, biar ga jadi spoiler. Komentar gw pribadi sebagai pecinta musik (apa daya kemampuan tak ada) untuk film ini “BIG LOVE FOR THE MUSIC, BIG NO FOR THE DRAMA”….cheezy bangettttt.
Biasanya anak-anak SMA punya “fling” dengan lawan jenis. Nahh, drama percintaan anak SMA ini yang biasa disebut dengan CINTA MONYET. Asal muasal sebutan kenapa monyet bukan kucing atau lumba-lumba saya pun tidak tahu (silahkan kalau ada yang bisa menjelaskan haha).
Tapi kalau dilihat ke belakang, menurut gw cinta monyet itu adalah cinta yang tulus, ini pendapat subjektif lho, pembaca boleh setuju atau tidak. Karena, dua orang yang menjalin kasih di sini menjalani kisah mereka atas dasar cinta yang tulus. Di luar pandangan mereka yang sempit dan belum matang karena batasan umur, mereka ga mikir masa depan, uang, karier, rumah, de el el. Kalau dilihat realitanya sekarang, emang bisa hidup dari cinta doanggggggg, makan tu cinta, it’s a big BULLS***!! Gw cuma ngutip dari film Singapore Dreaming, manusia hidup membutuhkan 5 C: Cash, Car, Credit Card, Condominium, and eventually Coffin. (hahaaa matre bgt yaa kesannya -____- )
Apa yang mau gw share di sini adalah keseimbangan antara cinta dan realita (kyk judul sinetron ajaa). Dari apa yang gw lihat, banyak pasangan-pasangan yang sudah menjalin hubungan lama dan langgeng, mereka tetap menjaga percintaan monyet mereka (cinta yang tulus) walaupun seringkali dibumbuin dengan sakit hati, pertengkaran, jungkir balik, kan katanya biar tambah lengkettttt (Love is a challenging rocky road).
Sekian artikel dari penulis yang masih harus makan banyak asam garam percintaan…(halaaahhh kok jadi curcol :p)
Keep living with LOVE..
tatawwww ☺☺☺
0 komentar:
Posting Komentar